Beranda | Artikel
Terlalu Banyak Memerintah Bisa Merusak Kepribadian Anak
Sabtu, 10 Agustus 2024

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Terlalu Banyak Memerintah Bisa Merusak Kepribadian Anak merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Ada Apa dengan Remaja. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 1 Safar 1446 H / 6 Agustus 2024 M.

Kajian Tentang Terlalu Banyak Memerintah Bisa Merusak Kepribadian Anak

Selanjutnya, kita akan membahas poin ketiga terkait “Jangan Rusak Kepribadian Anak,” yaitu terlalu banyak memerintah—perintah-perintah yang sifatnya duniawi atau hal-hal yang sebenarnya tidak perlu kita perintahkan anak untuk melakukannya.

Sebagian orang tua mungkin berpikir bahwa sebagai kepala keluarga atau pemimpin, mereka identik dengan memberikan perintah. Namun, sebenarnya makna kepemimpinan tidak selalu seperti itu. Dalam tradisi Arab, terdapat ungkapan “Imamul qaumi khadimuhum,” yang berarti pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka. Artinya, tugas pemimpin sebenarnya adalah melayani, bukan tukang perintah.

Bagi sebagian orang, kepemimpinan dianggap tidak lengkap tanpa adanya kebiasaan memerintah. Namun, dalam konteks mendidik anak, terlalu banyak memberi perintah tanpa membangun kepercayaan terlebih dahulu akan melemahkan kepribadian anak. Anak akan merasa dirinya hanya dijadikan alat untuk melaksanakan kehendak orang tua. Meskipun anak tersebut diam dan tidak mengungkapkan perasaannya, seringkali orang tua menekankan bahwa anak harus taat pada mereka. Memang benar, anak harus taat kepada orang tua, tetapi bukan berarti orang tua bebas mengeksploitasi anak sesuka hati.

Selain itu, sikap seperti ini akan menjadikan anak memiliki kepribadian yang pasif dan dapat menjatuhkan harga dirinya, seolah-olah dia tidak memiliki harga diri sebagai seorang manusia. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa menjadi pemimpin berarti juga melayani dan menjaga perasaan serta harga diri anak-anak mereka.

Wajar jika orang tua memberikan perintah, namun hendaknya tidak berlebihan hingga menyuruh anak untuk hal-hal yang sepele. Terkadang, kita menggunakan privilese (hak istimewa) sebagai orang tua dengan merasa harus selalu dilayani. Di rumah, sikap kita menjadi terlalu memerintah, baik terhadap anak maupun istri, hanya karena merasa lelah mencari nafkah. Padahal, kita tahu bagaimana Nabi Muhammad ﷺ di rumah. Beliau mengerjakan apa yang bisa dilakukan sendiri tanpa harus menyuruh orang lain. Sikap ini justru akan menjatuhkan kehormatan orang tua di mata anak.

Seorang ayah atau ibu yang menjaga marwahnya di depan anak akan lebih dihormati. Ketika anak menghormati kita, nasihat yang kita berikan, serta ilmu dakwah yang kita sampaikan, akan lebih mudah diterima. Hal ini karena orang tua yang dihormati akan mendapatkan respek dari anak. Sebaliknya, jika respek anak kepada orang tua hilang, anak mungkin akan bersikap pasif. Nasihat orang tua mungkin hanya akan masuk telinga kanan, keluar telinga kiri. Anak tidak membantah, tidak melawan, namun juga tidak benar-benar mendengarkan. Bahkan, dalam kasus yang lebih parah, anak bisa saja mengingkari atau melawan orang tua, yang tentu saja kita tidak harapkan terjadi.

Perilaku anak yang buruk terkadang dipicu oleh sikap dan perilaku orang tua sendiri. Oleh karena itu, ketika terjadi masalah pada anak, kita perlu mengintrospeksi diri. Jangan langsung menyalahkan anak, karena bisa jadi kesalahan itu berasal dari sikap kita yang membentuk anak menjadi seperti itu.

Ketika anak masih kecil, orang tua mungkin tidak mau menyuruh anak karena merasa percuma, anak belum mengerti. Namun, ketika anak sudah mencapai usia remaja, usia di mana ia sudah bisa membantu orang tua, orang tua mulai berpikir bahwa anak bisa dimanfaatkan untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya bisa kita lakukan sendiri. Misalnya, menyuruh anak untuk mengambil benda yang sebenarnya bisa kita ambil sendiri, atau memberikan perintah dengan nada kurang sopan.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54357-terlalu-banyak-memerintah-bisa-merusak-kepribadian-anak/